Prasangka
Prasangka
adalah predisposisi untuk memberikan penilaian yang diskriminatif
terhadap pribadi atau kelompok tertentu. Menurut analisis transaksional,
hal ini terjadi karena cara hidup yang kita peroleh dari pengalaman
sejak kecil atau masa lalu menjadikan kita tidak dapat melihat keadaan
sebenarnya dengan jelas.
Kita
mempunyai harapan-harapan tertentu tentang orang lain –seringkali
harapan yang bersifat negatif--, karena perbedaan jenis kelamin, suku
bangsa, agama atau perbedaan kelompok. Harapan-harapan demikian
seringkali tidak diajarkan terus terang pada kita, tetapi diangkat dari
pengamatan kita terhadap prasangka mereka yang berpengaruh pada masa
kecil kita.
Ketika
saya melakukan/memimpin sebuah pelatihan (Up-grading), seorang peserta
wanita meminta waktu untuk berbicara dengan saya pada hari ke 2. Ia
kelihatan sangat kikuk dan mengatakan kepada saya, bahwa ia tidak tahu
apa yang harus dikatakannya. Saya memberikan dorongan dan akhirnya ia
mengatakan “saya merasa sangat malu ! ketika pertama kali anda masuk
ruangan untuk memberikan materi, saya agak jengkel”. “Bayangkan, ketika
saya memutuskan untuk ikut acara ini, saya akan dipimpin oleh seorang
yang pemarah”, “akan tetapi saya merasa tertipu oleh prasangka saya, dan
kini harus saya katakan kepada anda, bahwa anda adalah orang yang ramah
dan suka humor dan materi yang anda berikan sangat berguna bagi saya”,
“saya sangat malu karena waktu itu langsung mengira bahwa saya akan
“ketakutan” dan tidak akan mendapatkan materi yang berguna, karena anda
terlihat seperti seorang yang galak”.
Peserta
wanita tersebut telah mempunyai prasangka yang bukan-bukan, tapi ia
tidak bersikeras dengan prasangkanya, sehingga ia masih dapat berubah
pandangan. Sayang sekali pada beberapa kasus, ada orang yang demikian
kuat prasangkanya, sehingga tidak dapat mengubahnya, karena prasangka
dapat mendistorsi persepsi kita tentang realita, maka prasangka
merupakan hambatan yang besar dalam komunikasikita dengan orang lain.
Menyadari prasangka kita sendiri biasanya sulit, karena kita selalu
yakin akan kebenaran prasangka itu.
Adakalanya
prasangka mampu membuat seseorang yang kurang percaya diri merasa lebih
baik. Prasangka dapat membuat orang memandang rendah orang lain.
Sesungguhnya hal demikian justru mempersulit upaya mengenali dan
menghilangkan prasangka. Orang yang sangat dikuasai prasangka biasanya
selalu merasa tidak aman dan bersifat kaku.
Mereka
selalu mencoba mengatasi keraguan dan ketakutan mereka dengan
merendahkan orang lain, melemparkan kesalahan pada orang lain, dan
menganut faham yang dogmatis. Menyadari sifatnya tersebut, membuat kita
tidak mudah marah terhadapnya. Orang yang demikian tidak akan menjadi
baik bila dihadapi dengan sikap yang keras dan menuntut ; sebaiknya,
mereka membutuhkan rasa aman dan tenang, sebelum mampu menghilangkan
sikapnya yang kurang baik.
0 comments:
Posting Komentar