Tampilkan postingan dengan label ilmu Keperawatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu Keperawatan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 April 2012

KEBUTUHAN DAN KEBIASAAN TIDUR ANAK USIA PRASEKOLAH


Anak usia prasekolah rata-rata tidur 11-13 jam sehari, yang termasuk atau tidak tidur siang. Pada usia ini ritual sebelum tidur seperti minum minuman hangat sebelum tidur, dongeng, menyanyi, menggosok gigi, dan mendengar musik masih berlangsung. Selain itu anak prasekolah membutuhkan benda-benda tertentu yang dapat memberikan rasa aman untuk dibawa tidur (Muscuri, 1996).
Kebutuhan tidur berubah-ubah dalam hubungan dengan dorongan pertumbuhan dan aktivitas. Banyak anak-anak usia prasekolah menunda waktu tidur dengan meminta yang lain seperti cerita, game, nonton televisi. Anak berusia 4-5 tahun yang lebih tua dapat mengalami kegelisahan dan irritable (cepat marah) jika kebutuhan tidur tidak tercapai. Tidur sebentar atau waktu tenang sepanjang hari mungkin diperlukan untuk memperbaiki kembali tingkat tenaga (Kozier et al, 1995).
Anak-Anak di dalam kelompok umur ini (usia prasekolah) masih memerlukan waktu tidur yang rutin. Orang tua dapat membantu anak-anak yang menunda waktu tidur dengan mengingatkan waktu tidur dengan mennggunakan pendekatan dan dilakukan secara terus menerus secara konsisten selama masa toddler. Anak-Anak usia prasekolah sering terbangun pada malam hari. Tidur anak prasekolah pada tahap REM 20%-30% lebih tinggi dibanding orang dewasa (Kozier et al, 2004).
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda mengenai tidur dan perilaku sebelum tidur. Berdasarkan penelitian Beltramini & Hertzig (1983) mengenai tidur dan perilaku tidur anak usia prasekolah diantaranya yaitu rutinitas sebelum tidur, tidur dengan lampu menyala, membawa benda berharga atau penting, perilaku memanggil orang tua dan waktu yang diperlukan untuk tidur.
Rutinitas sebelum tidur pada anak usia prasekolah seperti meminta cerita, permainan/game misalnya main kuda-kudaan ataupun menonton telivisi. Waktu yang diperlukan untuk melakukan rutinitas sebelum tidur lebih dari 30 menit dan semakin meningkat pada usia prasekolah. Setiap orang mempunyai kebiasaan tidur yang berbeda-beda, ada orang yang senang tidur dengan lampu menyala dan adapula dengan lampu dimatikan. Anak usia prasekolah lebih suka tidur dengan lampu menyala (Beltramini & Hertzig, 1983).
Kebanyakan anak saat mulai tidur biasanya membawa suatu benda berharga atau penting untuk menemaninya tidur. Anak usia prasekolah lebih banyak membawa benda-benda seperti mainan, boneka, selimut ketika tidur dibandingkan anak usia lain. Biasanya anak juga berperilaku memanggil orang tua dikarenakan untuk meminta minum atau ciuman selamat malam dialami oleh anak pada semua usia, tetapi perilaku ini sebagian besar dilakukan oleh anak usia prasekolah (Beltramini & Hertzig, 1983).
Keteraturan dan lamanya tidur setiap orang berbeda-beda, karena tidur merupakan persoalan yang bersifat pribadi. Jumlah tidur yang diperlukan seseorang tidak berubah dengan pertambahan usia, tetapi pada umumnya semakin bertambah usia seseorang maka waktu tidur yang diperlukan semakin sedikit. Menurut Muscari (1996), kebutuhan tidur normal anak menurut usia yaitu Bayi baru lahir (umur 1 bulan-1 tahun) kebutuhan tidurnya 9-11 jam sehari, Toddler (umur 1 tahun-3 tahun) membutuhkan 12 jam sehari untuk tidur, pada anak prasekolah (umur 3 tahun-6 tahun) membutuhkan untuk tidur 11-13 jam dalam sehari, sedangkan pada anak usia sekolah (umur 6-12 tahun) membutuhkan tidur sekitar 8-9,5 jam sehari.
Baca Selengkapnya...

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK


Menurut Yusuf (2004) faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah:

a. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanaya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan perbedaan kecerdasan dan kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) dan pada keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung rendah kurang terorganisasi dari pada kelas menengah keatas. Pembicaraan antar keluarga juga jarang-jarang karena kegiatannya berfokus pada pencarian pendapatan, sehingga perkembangan bahasa anak kurang diperhatikan (Hetzer & Reindorf dalam Hurlock 1996).
Menurut Gegas (1979) dan Peterson serta Rollins (1987) dalam (Friedman, 1998) menyatakan bahasa dan kemampuan linguistik amat berkembang dikalangan anak dari kelas menengah keatas. Ibu dari kelas bawah lebih mengandalkan penggunaan perintah atau komando, padahal ibu dari kelas menengah keatas cenderung menjelaskan alasan adanya suatu aturan, selain itu perilaku ibu dan teknik dipengaruhi oleh banyaknya stres dan ketegangan yang dialmai ibu, sumber-sumber yang digunakan untuk membantu konseling, dan mendukung mereka, juga sosialisasi mereka sndiri sebagai anak yang menggambarkan suatu kelas sosial dimana mereka berasal.
Menurut (Friedman, 1998) sosial ekonomi adalah tingkatan kelas sosial masyarakat dibidang ekonomi yang terbagi dalam:


  1. Kelas sosial rendah dengan kreteria hanya mampu mencukupi kebutuhan primer saja (sandang, pangan, papan)
  2. Kelas sosial ekonomi menengah dengan kreteria mampu mencukupi kebutuhan primer dan sekunder (kebutuhan akan hiburan, rekreasi, menonton film dan lain-lain)
  3. Kelas sosial ekonomi atas dengan kreteria mampu mencukupi kebutuhan primer, sekunder, tersier (kebutuhan akan barang mewah: perhiasan, mobil, vila dan lain-lain)
Menurut Bank Rakyat Indonesia (2004) pendapatan dikatakan tinggi apabila pendapatan >3 juta, pendapatan sedang antara 1-3 juta, dan pendapatan rendah < 1 juta.
b. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan ibu yang mengajar, melatih dan memberikan contoh bahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara ibu dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari ibunya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap ibu yang keras/kasar, kurang kasih sayang, atau kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan seperti: gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takt untuk mengungkapkan pendapat dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
Menurut Hurlock (1996) lingkungan yang pertama dan utama masa anak adalah lingkungan keluarga, utamanya ibu. Hubungan antar keluarga mempunyai peran yang penting dalam menentukan pola, sikap, dan perilakunya kelak dalam hubungan dengan ibu. Meskipun pola ini akan berubah dengan semakin besarnya anak dan meluasnya lingkungan, tetapi pola intinya cenderung tetap. Inilah sebabnya mengapa hubungan keluarga yang dini merupakan unsur penting bagi perkembangan anak. Hubungan keluarga merupakan faktor penting dalam perkembangan individu. Ada tiga bukti yang menunjukkan hal tersebut:
1. Kurang kasih sayang
Anak yang dimasukkan kedalam suatu lembaga sehingga kurang mempunyai kesempatan yang wajar untuk mengungkapkan kasih sayang untuk dicintai oleh orang lain sehingga membuat anak menjadi pendiam, lesu, tidak responsif terhadap senyuman dan tidak berusaha untuk memperoleh kasih sayang, serta lebih lambat perkembangannya dari anak yang berada di lingkungan yang berbahagia.
2. Perilaku akrab
Hubungan anak dengan ibu atau pengganti ibu yang akrab, hangat dan memuaskan. Semua anak memerlukan perawatan yang terus menerus, sehingga anak merasa aman, puas dan ada hubungan keterikatan yang sangat erat yang merupakan dasar untuk mengadakan persahabatan dan menerima perilaku yang lebih baik.
3. Besarnya keluarga
Pengaruh besarnya keluarga terhadap awal perkembangan anak, dari anak keluarga besar yang jarak usia semua anak sangat kecil, mengalami sedikit hubungan langsung dengan ibunya karena ibunya terlalu sibuk. Anak yang kurang kasih sayang ibu, kurang kesempatan untuk mengembangkan keterikatan emosi, juga kekurangan perhatian dan rangsang mengakibatkan anak lesu dan pasif.
c. Faktor Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, tetutama pada bahasa awal kehidupannya. Apabila anak mengalami sakit terus-menerus maka anak tersebut akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasa anak secara formal.
d. Faktor Intelegensi
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya dikategorikan anak yang bodoh.
e. Jenis Kelamin (seks)
Pada tahu pertama usia anak tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih.

Baca Selengkapnya...

PATHWAY CANCER OVARIUM


Proses terjadinya berbagai masalah keperawatan Pada pasien cancer ovarium adalah sebagai berikut :



 
Baca Selengkapnya...

PATHWAY HIPERTENSI


Dalam Asuhan Keperawatan Hipertensi gambaran Proses terjadinya berbagai masalah keperawatan Pada pasien Hipertensi dapat di lihat pada gambar dibawah ini : (Klik pada gambar di bawah untuk memperjelas gambar)



Pathway hipertensi, pathways hipertensi,Pathway keperawatan hipertensi, patoflow hipertensi,   
Baca Selengkapnya...

Pertolongan Pada Keracunan Jengkol


Bagi anda yang suka makan jengkol atau memakan jengkol harap hati hati karena dapat menimbulkan keracunan Walaupun Banyak Juga Manfaat dari Jengkol. Penyebab orang keracunan jengkol adalah adanya asam jengkol yang ada pada biji jengkol. Asam jengkol sulit larut dalam air sehingga akan membentuk kristal pada saluran kencing. Tidak semua orang yang memakan jengkol bisa keracunan.
Keracunan Bisa timbul tergantung jumlah biji jengkol yang dimakan, cara menyajikannya atau memasaknya walaupun pendapat para ahli itu tidak mutlak. Yang paling utama penyebab keracunan adalah kerentanan seseorang terhadap asam jengkol. Keluhan keracunan jengkol mulai muncul dalam waktu 5 – 12 jam setelah mengkonsumsi biji jengkol. Keracunan jengkol paling cepat terjadi 2 jam setelah makan jengkol dan yang paling lama reaksi keracunan muncul setelah 36 jam setelah memakan biji jengkol.

Gejala dan tanda dari keracunan jengkol adalah sebagai berikut  :


  • Bau jengkol pada pernafasan dan air kencing
  • Sakit hebat pada pinggang dan di sertai sakit perut kadang kala orang yang keracunan bisa sampai pingsan 
  • Nyeri saat Kencing 
  • Jumlah air kencing sedikit 
  • Air kencing berwarna merah karena di sertai darah 
  • Pada keadaan keracunan jengkol berat dapat tidak dapak kencing sama sekali 
Pertolongan pertama pada orang yang keracunan jengkol adalah
  • Memberikan air minum sebanyak- banyaknya 
  • Dapat di berikan obat penghilang rasa sakit 
  • Bila sampai tidak keluar air kencing. Penderita keracunan harus di bawa ke dokter atau puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lanjutan
Baca Selengkapnya...

Pertolongan Pada Keracunan Singkong





Singkong dalam bahasa latin di sebut manihot utilissima merupakan bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Ubi Singkong banyak mengandung linamarin, yaitu suatu glikosida yang bersifat mengikat sianida (HCN). Beberapa jenis ubi singkong ternyata cukup banyak mengandung sianida(HCN) yang bisa menimbulkan keracunan. Kadar sianida tertinggi terdapat pada bagian paling luar ubi singkong. Selain itu daun singkong ternyata juga mengandung sianida.
Cara mencegah keracunan singkong dapat dilakukan dengan :


  1. Memilih jenis singkong yang mengandung sedikit Sianida
  2. Cara Pengolahanan singkong sebelum dimasak,
Misalnya diiris-iris terlebih dulu setelah merendamnya dalam air selama kurang lebih 12 jam. Dengan cara ini dapat menurunkan kadar sianida lebih dari 60% dari umbinya. Dengan di rebus daun singkong juga akan hilang kadar sianidanya sampai lebih dari 90%.
Orang yang keracunan singkong dikarenakan adanya kandungan Sianida (HCN) dalam singkong. Pada keracunan singkong akan muncul gejala setelah beberapa saat makan singkong. Gejala keracunan singkong biasanya sebagai berikut :
  • Mual, muntah, diare dan kepala terasa pusing. 
  • Sesak napas atau sukar bernaas dan dalam keadaan keracunan berat bisa sampai pingsan. 
  • Jantung berdetak cepat 
  • Warna bibir, kuku, muka dan kulit kebiru-biruan dalam istilah medis cyanosis 
  • Kesadaran Menurun bahkan sampai koma 
  • Bisa timbul kejang kejang dan pingsan 
  • Dalam keracunan berat bisa sampai menimbulkan kematian 

Pertolongan pada orang dengan keracunan singkong dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Mengupayakan agar orang yang keracunan singkong muntah atau membuat muntah dengan merangsang dinding faring belakang dengan jari.(hal ini tidak boleh lakukan bila orang tersebut tidak sadar) 
  2. Memberi minum hangat. 
  3. Memberikan nafas buatan atau menempatkan penderita di ruang terbuka agar memperoleh udara segar. 
  4. Bila keadaan tidak membaik segera bawa ke Rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan

Tags : Keracunan Singkong, Keracunan Ketela Pohon, Keracunan  sianidamencegah Keracunan Singkong, gejala keracunan singkong

Baca Selengkapnya...

Pertolongan Pada Keracunan Jamur


Jamur banyak manfaat bagi manusia tetapi perlu diketahui beberapa jenis jamur dapat mengakibatkan keracunan dan bahkan menimbulkan kematian pada manusia. Jamur banyak tumbuh di alam bebas dan biasanya tumbuh saat musim hujan dan tumbuh di tempat yang lembab.
Beberapa jenis jamur yang aman untuk dikonsumsi antara lain:


  • Jamur kancing (Agaricus bisporus) 
  • Jamur Merang (Volvariella volvaceae) 
  • Jamur Tiram (Pleurotus sp.) 
  • Jamur kuping (jamur kuping putih: Tremella fuciformis, jamur kuping hitam : Auricularia polytricha, Jamur kuping merah : Auricularia auricula-judae) 
  • Jamur shiitake (Lentinus edodes), dan lain lain 
Untuk mengetahui apakah jamur aman untuk di konsumsi atau di makan sangat sulit. Jamur yang tumbuh liar di alam tidak, dianjurkan untuk dimakan. Kalau tidak benar benar yakin itu jenis jamur yang dapat di konsumsi.
Gejala orang yang mengalami keracunan jamur adalah sebagai berikut :
  • Nyeri perut, mual maupun muntah 
  • Diare 
  • Wajah pucat, Berkeringat dingin 
  • Kepala pusing 
  • Pupil mata mengecil, Mata berkunang-kunang 
  • Tubuh lemas terkadang disertai kejang-kejang 
  • Bibir kering 
  • Pingsan, bahkan bisa sampai meninggal dunia 

Penanganan atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada kejadian keracunan jamur yaitu:
  1. Usahakan agar tidak banyak bergerak 
  2. Mengupayakan agar orang yang keracunan jamur muntah atau membuat muntah dengan merangsang dinding faring belakang dengan jari.(hal ini tidak boleh lakukan bila orang tersebut tidak sadar) 
  3. Untuk menghindari dehidrasi beri minum air yang banyak 
  4. Bila keluhan belum reda bawa rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lanjutan 
Berikut Tips memilih Jamur agar aman untuk di konsumsi :
  1. Harus tahu secara pasti jenis jamur yang akan dikonsumsi. 
  2. Jangan pernah mencoba sendiri menentukan jenis jamur yang tidak diketahui jenisnya untuk dimakan, 
  3. Memilih jamur yang masih segar 
  4. Pastikan anda memasak jamur sebelum anda konsumsi 
  5. Ababila anda ingin mencoba jamur yang belum pernah anda konsumsi sebelumnya, cobalah mengkonsumsi sedikit dahulul, kemudian kita tunggu sampai 48 jam sebelum mengkonsumsi lagi untuk memastikan bahwa jamur merupakan jenis jamur yang aman untuk di konsumsi.

Cara Tradisional mengatasi keracunan jamur : Beri minum telur mentah yang sebelumnya di kocok terlebih dahulu agar cepat muntah cepat muntah. Jika tidak ada, telur ayam bisa diganti dengan susu kental. Minumkan sebanyak-banyaknya kepada penderita hingga muntah. Setelah muntah, berikan air kelapa muda

Baca Selengkapnya...

Pertolongan Pada Keracunan Gas Karbon Monoksida (CO)


Karbon monoksida atau biasa di sebut CO merupakan gas yang membunyai sifat tidak berasa, tidak berbau, tidak iritatif dan tidak berwarna. Karbon monoksida dihasilkan melalui pembakaran gas, minyak, bahan bakar padat atau kayu dan lainnya. Karbon monoksida terbentuk dari kebakaran, mesin dan lainnya.
Pada Umumnya gas karbon monoksida mengakibatkan keracunan saat terhirup atau melalui jalan pernapasan maupun inhalasi (inhalation route).
Gas karbon monoksida termasuk dalam kelompok bahan kimia asfiksia (asphyxiate). Gas ini menyebabkan keracunan dengan cara meracuni hemoglobin (Hb) darah. Fungsi Hemoglogin yaitu mengikat darah dalam bentuk HbO. Apabila Hb teracuni CO kemudian terbentuk ikatan HbCO sehingga oksigen akan terlepas dalam sel darah.sehingga tubuh akan mengalami mengalami kekurangan oksigen.Walaupun jumlahnya sedikit gas karbon monoksida jika terhirup dalam kurun waktu tertentu dapat mengakibatkan gejala keracunan pada tubuh.

Gejala keracunan Karbon Monoksida:
Gejalanya keracunan dapat terjadi pelan-pelan tetapi lebih sering terjadi secara mendadak dan cepat, tergantung konsentrasi dan lama waktu tubuh terpapar gas ini. Gejala yang muncul biasanya berupa bibir dan kuku-kuku jari jemari penderita akan berubah menjadi agak kemerahan. Tanda tersebut merupakan bentuk tanda dari paparan gas karbon monoksida yang melampaui batas dari yang bisa di toleransi tubuh. Gejala lain berupa sakit kepala, pernapasan
jadi pendek dan dangkal, pusing, mual, penglihatan terganggu dan kehilangan ingatan. Bila konsetrasi paparan karbon monoksida sangat tinggi penderita bisa tak sadarkan diri dan bisa berakibat kematian.

Tabel Keracunan Gas Karbon Monoksida (CO)



Konsentrasi
 Karbon Monoksida (CO)
 dalam darah
Gejala - Gejala
Kurang dari 20%Tidak ada gejala
20%Nafas menjadi sesak
30%Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernapasan meningkat sedikit
30% - 40%Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan
40% - 50%Kebingungan makin meningkat, setengah sadar
60% - 70%Tidak sadar, kehilangan daya mengkontrol faeces dan urin
70% - 80%Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan pernapasan
Sumber : www.pom.go.id

Secara umum Pengaruh gas Karbon Monoksida Pada Tubuh :
1. Pada keracunan ringan : pusing, kepala terasa berat dan badan lemas.
2. Pada keracunannya berat : pingsan, pusing-pusing dan badan lemah.
3. Sakit kepala, mual, muntah dan otot-otot bergetar.
4. Nadi kuat dan Tekanan darah meningkat.
5. Pupil melebar, kulit kebiru-biruan dan pucat.
6. Otot-otot kaku.
7. Sesak Napas, dan gagal napas dan bisa berakibat kematian.

Pertolongan Pertama pada keracunan Karbon Monoksida :
1. Membawa penderita ke tempat berudara segar dan hangat.
2. Bila penderita tidak bernapas, segera lakukan pernapasan buatan.
3. Berikan inhalasi oksigen bila memungkinkan.
4. Penderita diistirahatkan dan diusahakan tenang

Perhatian
Menolong korban yang diduga keracunan gas Karbon monoksida (CO) terutama bila dalam ruang tertutup harus waspada terhadap keselamatan diri penolong. Penolong harus dengan menggunakan alat pelindung baik berupa masker gas atau tabung oksigen. Karena keselamatan penolong adalah yang utama


Baca Selengkapnya...

ASKEP HIPERTENSI

PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.


II. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )

  1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
  2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :




No



Kategori
Sistolik(mmHg)
Diastolik(mmHg)
1.

Optimal
120
80
2.

Normal
120 – 129
80 – 84
3.

High Normal
130 – 139
85 – 89
4.

Hipertensi




Grade 1 (ringan)
140 – 159
90 – 99


Grade 2 (sedang)
160 – 179
100 – 109


Grade 3 (berat)
180 – 209
100 – 119


Grade 4 (sangat berat)
210
120

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

III. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
  • Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
  • Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
  • Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
  • Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
  • Kegemukan atau makan berlebihan
  • Stress
  • Merokok
  • Minum alkohol
  • Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
  • Glomerulonefritis
  • Pielonefritis
  • Nekrosis tubular akut
  • Tumor
b. Vascular
  • Aterosklerosis
  • Hiperplasia
  • Trombosis
  • Aneurisma
  • Emboli kolestrol
  • Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
  • DM
  • Hipertiroidisme
  • Hipotiroidisme
d. Saraf
  • Stroke
  • Ensepalitis
  • SGB
e. Obat – obatan
  • Kontrasepsi oral
  • Kortikosteroid

IV. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

PATHWAY
Untuk Pathway Hipertensi Klik Pathway Hipertensi
Pahway Hipertensi Klik DOWLOAD

V. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
VII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
  • Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
  • Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
  • Penurunan berat badan
  • Penurunan asupan etanol
  • Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
  • Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
  • Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
  • Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
  • Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
  • Tehnik Biofeedback --> Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
  • Tehnik relaksasi --> Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
• Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

• Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
  • Dosis obat pertama dinaikkan
  • Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
  • Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
• Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
  • Obat ke-2 diganti
  • Ditambah obat ke-3 jenis lain
• Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
  • Ditambah obat ke-3 dan ke-4
  • Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
  1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
  2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
  3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
  4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
  5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
  6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
  7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
  8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
  9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
  10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
  11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
  12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
  13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
Baca Selengkapnya...

Perubahan Selama Kehamilan


Kehamilan dapat terjadi ketika sel sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Suatu kehamilan normal biasanya berlangsung 280 hari. Selama itu terjadi perubahan-perubahan baik pada ibu maupun pada janin (Pusdiknakes, 2001).
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : Plasma 30%, sel darah 18% dan Hemoglobin 19% (Prawirohardjo, 1999).

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis pengenceran darah ini untuk meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Apabila Viskositas darah rendah, resistensi perifer berkurang pula sehingga tekanan darah tidak naik, pada perdarahan waktu persalinan banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental (Prawirohardjo, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dan lingkungan intrauterin. Termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, suku bangsa. Selain itu ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik dengan sistem reproduksi yang normal tidak sering menderita sakit dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun pada saat hamil akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibu yang kondisinya tidak seperti itu ( Soetjiningsih, 1998).

Baca Selengkapnya...

Keracunan Hipnotika-Sedativa dan Analgetika


PROSEDUR PENATALAKSANAAN KERACUNAN BAHAN HIPNOTIKA-SEDATIVA DAN ANALGETIKA

BATASAN








1. Sifat-sifat


Banyak obat-obat yang menimbulkan sedasi dan hipnosis dengan cara menekan susunan saraf pusat ( SSP ). Overdosis obat-obat ini menimbulkan koma dengan kegagalan pernapasan. Dosis fatal sebagian besar obat depresan nonbarbiturat berkisar antara 100 – 500 mg/kg BB ( kecuali chloral hydrat ). Untuk chloral hydrat dosis fatal sekitar 30 mg/kg BB, sedang barbiturat berkisar 1 – 2 gram.
2. Macam-macam
  • Golongan barbiturat : fenobarbital ( Luminal ), amobarbital ( Amytal ), pentotal ( Nembutal ), tiopental ( Pentotal ).
  • Nonbarbiturat : meprobamat, methaqualon, gluthetimide ( Doriden ).
  • Antiepilepsi : phenitoin ( Dilantin ), carbamazepin ( Tegretol ).
  • Antihistamin : antazoline, diphenhydramine ( Benadryl ), dll.
  • Phenothiazine dan derivat-derivatnya : chlorpromazine ( Largacti ), chlordiazepoxide ( Librium ), diazepam ( Valium, Stezolid ), lorazepam (Ativan), haloperidol ( Haldol ),dll.
  • Bromidum : NaBr, KBr, NH4Br.
  • Analgetika : asam salisilat ( Aspirin ), acetaminophen ( Paracetamol ), metampiron ( Antalgin, Novalgin ).
  • Analgetika narkotika : morphine, codeine, heroin, meperidine ( Pethidine ), opium ( Papaver somniferum ), loperamide ( Imodium ), dll.

PATOGENESA
Obat-obat golongan sedativa-hipnotika dan analgetika ini menyebabkan depresi progresif dari susunan saraf pusat ( SSP ), menurun dari korteks ke arah medulla. Pusat respirasi akan ditekan, dan pergerakan napas akan mengurang, menimbulkan anoksia jaringan.

DIAGNOSA
Gambaran klinis
Keluhan pertama adalah rasa ngantuk, bingung dan menurunnya keseimbangan. Dengan cepat kemudian diikuti dengan koma, dan pernapasan yang pelan dan dangkal.Selanjutnya otot-otot melemah atau “flaccid”, hipotensi, sianosis, hipotermi atau hipertermi, dan refleks-refleks menghilang.
Lama koma sangat bervariasi, tergantung dosis dan jenis obat, dapat 1 – 7 hari.
Kematian biasanya akibat komplikasi pneumoni aspirasi, edema paru atau hipotensi yang refrakter.

Pemeriksaan laboratorik
Pada koma yang lama dapat timbul hipokalemia. PCO2 darah dapat meningkat. Khusus barbiturat, tinggi kadar dalam darah berhubungan erat dengan lama koma serta jenis dan dosis barbiturat yang dipakai. Untuk fenobarbital dan barbital, kadar 5 – 8 mg/100 ml dalam darah, menunjukkan keracunan yang berat.
PENGOBATAN
1. Resusitasi
Pertahankan jalan napas yang baik, bila perlu dengan “oropharyngeal airway” atau intubasi endotrakheal. Hisap lendir dalam saluran napas. Bila timbul depresi pernapasan, berikan O2 lewat kateter hidung ( 4 – 6 liter/menit ) atau masker oksigen ( 2 – 4 liter/menit ). Bila perlu gunakan respirator.
2. Eliminasi
Eliminasi sangat tergantung pada tingkat kesadaran penderita, jenis dan dosis obat yang dipakai.
Pada penderita sadar : cukup emesis, pemberian norit dan laksans MgSO4. Kalau pasti dosis rendah, langsung dipulangkan. Bila ragu-ragu observasi selama beberapa jam.
Koma derajat ringan – sedang : kumbah lambung dengan pipa nasogastrik tanpa endotrakheal, diikuti dengan diuresis paksa selama 12 jam bila ragu-ragu tentang penyebab keracunan.
Caranya : mulai dengan 1 ampul kalsium glukonas intravena, selanjutnya infus Dekstrosa 5 – 10% ditambah 10 ml KCl 15% ( = 1,50 mg KCl ) untuk setiap 500 ml Dekstrose, kecepatan 3 liter dalam 12 jam; setiap 6 jam diberi 40 mg furosemide intravena. Diuresis paksa dapat diulang setiap 12 jam bila perlu, sampai penderita sadar. Untuk keracunan salisilat dan fenobarbital dapat ditambahkan 10 mEq Na-bikarbonat untuk setiap 500 ml Dekstrosa ( diuresis paksa alkali ).
Koma derajat berat : KL dengan pipa endotrakheal berbalon, untuk mencegah aspirasi ke dalam paru. Selanjutnya diuresis paksa netral/alkali, atau dialisis ( peritoneal / hemodialisis ) sampai penderita sadar.
3. Antidotum
Tidak ada antidotum yang spesifik. Obat-obat analeptik semuanya merupakan kontraindikasi. Selain tidak efektif, obat-obat ini dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi ( aritmia jantung, konvulsi, gangguan faal ginjal, dll )

PROGNOSA
Tergantung keadaan klinis dan derajat gangguan kesadaran penderita.
  • Ringan   : mudah dibangunkan, tidak perlu pengobatan khusus.
  • Sedang  : sulit dibangunkan, pernapasan normal dan teratur, tidak ada sianosis maupun edema paru, tekanan darah normal. Dapat pulih asal dalam 24 – 48 jam dengan perawatan yang baik dan pemberian cairan yang adekwat.
  • Berat   : Koma dengan pernapasan yang pelan, dangkal, tidak teratur, sianosis, semua refleks menghilang, hipotensi, hipotermi, pupil midriasis, dan tidak ada reaksi terhadap rangsangan nyeri.


Baca Selengkapnya...

ASKEP PASIEN DENGAN HYDROCEPHALUS

A. PENGERTIAN
  • Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
  • Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998)
  • Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)
  • Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
  • Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.

TIPE HIDROCEFALUS
Menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu
  1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan
  2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
  1. Hidrocefalus obstruksi ---> Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan oleh plexus koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen lusckha dan magendie.
  2. Hidrocefalus komunikans--->Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan sistem ventrikel.

B. ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
a. Kelainan bawaan
  1. Stenosis Aquaductus sylvii --> merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
  2. Spina bifida dan cranium bifida --> Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
  3. Sindrom Dandy-Walker ---> Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
  4. Kista Arachnoid ---> Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
  5. Anomali pembuluh darah
c. Infeksi
d. Perdarahan
e. Neoplasma


C. PATOFISIOLOGI
Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3 mekanisme yaitu: produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konskwensi dari tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama perkembangan Hidrocefalus. Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat.
Perubahan mekanis dari otak
Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis
Hilangnya jaringan otak
Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial.

PATHWAY Keperawatan Hidrocefalus

Anda tinggal mendownload Pathway Klik Di link di bawah ini .
Download Pathway Hidrocephalus


D. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)
  1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
  2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
  3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
  4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
  5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
  6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
  7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
  8. Sklera mata tampak di atas iris
  9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
  10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital

KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

E. PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
  1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
  2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
  3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: * Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR, 1972)
    * Drainase Lombo-Peritoneal
    * Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
    * Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
    * Drainase ke dalam anterium mastoid
    * Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
  4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
  5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978) mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.

    ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEFALUS
    Untuk selengkapnya tentang asuhan keperawatan Hidrocefalus anda tinggal download di link yang telah saya sediakan di bawah ini
    Download Askep Hidrocepalus
    via Ziddu

    DAFTAR PUSTAKA
    Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6. Jakarata : EGC
    Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC
    Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Missouri: Mosby
    Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing Intervention Clasification (NIC). Missouri: Mosby
    Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa dan editor: Budi Santosa. Jakarta: Prima Medika
    Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah Buku II. Jakarta: EGC
    Wilkinson, M, Judith; (1997) . Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan NOC . Edisi 7 . Jakarta : EGC.

Download Askep Hidrocepalus



Baca Selengkapnya...

Template by : kendhin x-template.blogspot.com